Mendidik Lewat Ketegasan: Barak Militer Gaya Dedi Mulyadi Jadi Sorotan

 




Di tengah derasnya arus modernisasi dan semakin lunturnya nilai-nilai kedisiplinan di kalangan generasi muda, muncul satu nama yang menarik perhatian publik karena pendekatannya yang tak lazim namun efektif: Dedi Mulyadi. Mantan Bupati Purwakarta yang juga dikenal sebagai tokoh budaya Sunda ini kembali mencuri perhatian melalui program "barak militer" yang digagasnya untuk para remaja bermasalah. Program ini menjadi perbincangan hangat, memicu pujian sekaligus kontroversi.

Barak Militer: Lebih dari Sekadar Gertakan

Berbeda dengan pembinaan remaja pada umumnya yang mengandalkan pendekatan psikologis dan dialog, Dedi Mulyadi justru memilih gaya militeristik. Dalam program ini, para remaja yang terlibat pelanggaran ringan seperti tawuran, bolos sekolah, atau perilaku tidak sopan kepada orang tua, diwajibkan mengikuti barak militer. Mereka dilatih bangun pagi, baris-berbaris, olahraga fisik, hingga ikut kerja bakti sosial.

Namun, menurut Dedi, ini bukan sekadar "hukuman", melainkan pembinaan karakter lewat disiplin dan rasa tanggung jawab. “Saya tidak ingin anak-anak muda kita hancur karena kebebasan yang tidak terkendali. Kadang, mereka butuh disentuh dengan cara yang tegas tapi tetap manusiawi,” ujar Dedi dalam salah satu unggahan videonya yang viral.

Rekam Jejak Kultural Dedi Mulyadi

Program barak militer ini sejatinya merupakan lanjutan dari pendekatan personal yang selama ini diterapkan Dedi dalam berinteraksi dengan masyarakat. Selama menjabat sebagai Bupati, ia dikenal sering turun langsung ke lapangan, menyapa rakyat kecil, dan tak segan ikut membersihkan selokan atau mengecat rumah warga.

Kini, meskipun tidak lagi menjabat di pemerintahan, Dedi tetap aktif membina masyarakat melalui media sosial, menjadikannya semacam “pemimpin informal” yang tetap didengar dan diikuti. Melalui kanal YouTube dan TikTok-nya yang memiliki jutaan pengikut, ia menyampaikan nilai-nilai pendidikan moral, budaya, dan kedisiplinan — salah satunya melalui dokumentasi kegiatan barak militer.



Respons Publik: Apresiasi dan Kritik

Program ini mendapat sambutan beragam. Banyak orang tua yang merasa terbantu, mengaku anak mereka berubah menjadi lebih disiplin setelah mengikuti barak militer. “Anak saya dulu suka pulang malam, malas salat, dan susah diatur. Setelah ikut program Pak Dedi, dia jadi rajin dan lebih menghargai kami sebagai orang tua,” kata seorang ibu dalam sebuah wawancara lokal.

Namun, tak sedikit pula yang mengkritik pendekatan ini sebagai tidak sesuai dengan prinsip hak anak dan pendidikan modern. Beberapa aktivis menyebut bahwa metode militeristik bisa meninggalkan trauma psikologis jika tidak dilakukan secara profesional.

Menanggapi kritik ini, Dedi menyatakan bahwa barak militer yang dia jalankan tidak bersifat represif. “Saya tidak pernah menampar atau menyakiti anak-anak itu. Saya hanya ajarkan mereka bangun pagi, berbaris, menghormati orang tua, dan bekerja sama. Kalau itu dianggap kasar, mungkin kita harus meninjau kembali definisi pendidikan karakter,” ujarnya.

Efektivitas atau Sensasi?

Pertanyaan besar yang kemudian muncul adalah: apakah metode ini benar-benar efektif? Sejumlah akademisi menyarankan agar dilakukan kajian mendalam terhadap dampak jangka panjang program ini. Meskipun banyak testimoni positif, tidak ada data sistematis yang membuktikan keberhasilan metode barak militer dalam membentuk karakter anak-anak dalam jangka panjang.

Namun, di era digital di mana perhatian publik sangat mudah berpindah, pendekatan unik seperti ini jelas memberikan daya tarik tersendiri. Video-video Dedi saat mendampingi anak-anak barak sering kali menjadi viral, memicu diskusi, dan membuka ruang refleksi tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan anak-anak muda zaman sekarang.

Disiplin di Tengah Dunia yang Bebas

Di tengah dunia yang semakin permisif, barak militer ala Dedi Mulyadi hadir sebagai alternatif — meski kontroversial, namun menggugah. Ia mencoba mengisi ruang kosong yang tak selalu bisa dijangkau sekolah atau orang tua: ruang untuk mendidik dengan ketegasan, tanpa kehilangan empati.

Apakah ini metode terbaik? Mungkin belum tentu. Tapi satu hal pasti: Dedi Mulyadi sedang mengingatkan kita bahwa membentuk karakter bangsa butuh lebih dari sekadar teori. Ia butuh teladan, keberanian, dan kadang… sedikit baris-berbaris.



Posting Komentar untuk "Mendidik Lewat Ketegasan: Barak Militer Gaya Dedi Mulyadi Jadi Sorotan"